Indramayu, BULETIN.CO.ID – Orang Tua siswa mmengaku kecewa dengan adanya kegiatan study tour yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 2 Juntinyuat. Pungutan tersebut dibebankan kepada orang tua siswa yang saat ini kondisi ekonominya lagi sulit.
“Sebenarnya kami keberatan dengan study tour ini karena kondisi ekonomi saat ini lagi sulit, tapi mau gimana lagi, kami tidak bisa berbuat apa- apa,” keluh salah satu orang tua siswa yang tidak mau disebutkan namanya kepada media.
Menurutnya, setuju atau tidak setuju, orang tua siswa pasti akan mengupayakan agar anaknya bisa ikut study tour walaupun sebenarnya keberatan, ujarnya.
Sementara, Kepala SMP Negeri 2 Juntinyuat Indra saat dihubungi lewat pesan Whatsapp membantah kalau ada orangtua yang merasa keberatan.
“Mohon maaf di kami tidak ada yang keberatan dan tanpa paksaan,” katanya lewat pesan Whatsapp sabtu (24/12/2022).
Ia menambahkan, kalau orang tua siswa merasa keberatan kenapa tidak mengundurkan diri pada waktu itu.
“Kenapa tidak mengundurkan diri? Banyak kok yang mengundurkan diri,” imbuhnya.
“Mohon maaf, kegiatan ini adalah hasil rapat orangtua dengan komite, dan tidak memaksa, siswa nabung tiap hari dari mulai ajaran baru. Terus kenapa harus sekolah kami yang jadi obyek ?
Siswa yang ikut pun hanya sekitar 30 persen.
Prosedur pelaksanaan sudah sesuai.
Dimana salahnya?,” kelit Indra.
Direktur PKSPD Ousjh dialabamqa mengomentari kegiatan study tour yang terjadi di sekolah Negeri di kabupaten Indramayu tersebut,
Menurutnya, study tour di sekolah bukan barang baru lagi, karena sudah menjadi proyek sekolah yang ada di setiap sekolah seperti di SMPN 2 Juntinyuat, tuturnya.
Dan ini bukan hanya di SMP Negeri 2 Juntinyuat saja kalau stydy tour itu adalah proyek dan atau sudah menjadi proyek sekolah, dan itu kemudian disetujui oleh Komite Sekolah, yang seharusnya menolak dan atau mempertanyakannya, apa urgensinya dengan mutu pendidikan, dan mengapa mengatasnamakan pendidikan. Itu jika Komite Sekolahnya waras, pengswasnya waras, dan Disdiknya waras, katanya.
Hal itu, lanjutnya, menunjukkan kegagalan dalam melakukan pembinaan terhadap sekolah jika ternyata masih seperti itu. Jika benar sekolah – sekolah sudah dilakukan pembinaan, berarti itu bagsikan Anjing Menggonggong Kafilah Tetap Berlari.
Jadi study tour sekolah, sekali lagi, itu sdh menjadi proyek sekolah tahunan, semesteran, dan itu sebagai ladang pendapatan. Tidak hanya SMP tetapi di semua sekolah mulai dari tingkat pendidikan dasar, menengah dan atas. Itu soalnya, dan itu jg menunjukkan tidak bergunanya apa itu yang bernama Dewan Pendidikan Kab. Indramayu, dan DPRD atas dunia pendidikan di kita. (Dais)