Oleh : Fahrur Rozi
Kekerasan terhadap perempuan bukan lagi sekadar berita di media atau angka di statistik. Ia adalah cerminan langsung dari ketidakmajuan bangsa kita. Isu ini seperti penyakit kronis yang terus menggerogoti nilai-nilai sosial, ekonomi, dan politik yang seharusnya menjadi pilar kemajuan. Ketika kekerasan berbasis gender masih terjadi di mana-mana, itu berarti cita-cita kesetaraan dan keadilan gender masih jauh dari kenyataan kita.
Apa artinya kita berbicara tentang pembangunan berkelanjutan atau kemajuan bangsa, jika kita masih gagal memberikan perlindungan yang aman bagi perempuan? Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan adalah bukti bahwa kita masih jauh dari kata peduli. Banyak dari kita mungkin hanya melihat statistik, tapi di balik angka-angka itu ada jutaan cerita pilu perempuan yang hak-haknya dirampas. Mereka kehilangan hak atas rasa aman, kesehatan, bahkan martabat mereka sebagai manusia.
Sistem Hukum yang Gagal
Kasus kekerasan terhadap perempuan sering kali berhenti bukan karena keadilan tercapai, tapi karena korban menyerah pada sistem. Proses hukum yang panjang, stigma sosial, hingga kurangnya empati dari aparat penegak hukum menjadi penghalang besar. Tidak sedikit korban yang akhirnya memilih diam, takut disalahkan, atau bahkan diperlakukan seperti pelaku. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem kita belum cukup baik untuk melindungi korban dan memberi efek jera kepada pelaku.
Patriarki Adalah Masalah
Budaya patriarki masih terlalu kuat mengakar di masyarakat kita. Perempuan sering dianggap lebih rendah dari laki-laki, harus tunduk, dan tidak boleh melawan. Anggapan ini menciptakan ruang bagi kekerasan untuk terus terjadi. Ironisnya, banyak yang menganggap kekerasan dalam rumah tangga atau hubungan pribadi adalah “urusan keluarga” yang tidak perlu campur tangan pihak luar. Pandangan seperti ini justru membuat siklus kekerasan sulit dihentikan.
Dampak Besar pada Pembangunan
Ketika perempuan menjadi korban kekerasan, efeknya tidak hanya dirasakan secara individu. Kehilangan potensi perempuan dalam pendidikan, ekonomi, dan politik adalah kerugian besar bagi bangsa ini. Perempuan yang seharusnya bisa berkontribusi malah terjebak dalam trauma, kehilangan kesempatan, dan akhirnya hidup di bawah bayang-bayang ketakutan.
Apa yang Harus Kita Lakukan?
Proses hukum harus lebih mudah, cepat, dan berpihak pada korban, aparat penegak hukum perlu dilatih untuk lebih peka terhadap kasus kekerasan berbasis gender, perempuan yang mandiri secara ekonomi punya lebih banyak pilihan untuk keluar dari lingkaran kekerasan, akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan keterampilan harus diperluas, budaya patriarki harus dilawan dengan matangnya Pendidikan, membangun kesadaran bahwa kekerasan tidak pernah bisa dibenarkan, dalam bentuk apa pun. Dukungan psikologis dan sosial bagi korban sangat penting. Jangan lagi menyalahkan korban atau menilai mereka berdasarkan stigma.
Kekerasan terhadap perempuan adalah masalah kita bersama. Ketika bangsa ini masih membiarkan perempuan menjadi korban tanpa perlindungan, berarti kita semua gagal. Kalau kita ingin melihat Indonesia yang maju dan beradab, memberantas kekerasan terhadap perempuan bukan lagi pilihan, tapi kewajiban. Hanya dengan perubahan nyata, kita bisa menjadi bangsa yang benar-benar menjunjung keadilan dan kesetaraan.









