Pamekasan, BULETIN.CO.ID – Setiap daerah pasti mempunyai jejak sejarah yang tak bisa dilupakan. Termasuk juga Kabupaten Pamekasan yang juga menyimpan banyak jejak sejarah. Salah satunya kitab tulis tangan peninggalan Ki Arjo Minak Senojo penyebar agama islam pertama di wilayah kabupaten Pamekasan, Jawa Timur sekitar pada abad ke 15.
Kitab berumur ratusan tahun tersebut tersimpan rapi di museum Mandhilaras Pamekasan, masih nampak terlihat bagus nan rapi, serta tulisannya terlihat sangat jelas.
Kitab tersebut bernama kitab layang kuno yang terdiri 172 halaman ditulis tangan asli pada media daun lontar dengan menggunakan aksara carakan atau aksara jawa kuna.
Syafiuddin salah satu petugas museum menyampaikan, bahwa kitab tersebut berisi tentang norma-norma kehidupan.
“Tidak semua orang saat ini bisa membacanya, karena aksaranya menggunakan aksara carakan atau jawa kuno. kitab tersebut isinya tentang norma sosial, norma agama dan norma budaya”, jelas Syafiudin kepada buletin.co.id saat mengunjungi museum Mandhilaras saat sepi dari pengunjung. Senin (19/12/2022).
Selain itu, kitab tersebut kata Syafi sudah ada sejak sebelum pemerintahan Ronggosukowati dan agama penduduk di Pamekasan saat itu masih menganut agama hindu, sehingga kitab tersebut digunakan Ki Aryo Minak Senojo untuk mensyiarkan islam di Pamekasan.
Selain kitab peninggalan ki Aryo, museum Mandhilaras rupanya juga menyimpan koleksi kitab-kitab kuno lain yang menggunakan bahasa sansekerta yang ditulis di bahan kapas.
“Ada juga kitab kuno yang menggunakan bahasa sansekerta yang juga belum diketahui isinya dikarenakan bahasanya menggunakan bahasa sansekerta, maka belum ada yang bisa menerjemahkan ke bahasa saat ini”, imbuhnya.
Untuk mempertahankan fisik kitab-kitab kuno tersebut, setiap tahun penjaga museum selalu melakukan perawatan khusus supaya tidak mudah rusak dan dimakan binatang atau rayap.
“Kitab ini sudah berumur ratusan tahun, namun pihak keturunan dari ki Aryo yang ada di Perupuh kalau dulu dikenalnya, sekarang menjadi Proppo. Kitab itu baru diserahkan ke museum Mandhilaras, kalau yang lainnya (red) ada yang hibahan serta juga ada yang hasil hunting di Pamekasan, maka dari itu kami benar-benar merawatnya”, katanya mengakhiri.