Kota Probolinggo, BULETIN.CO.ID – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Probolinggo gelar Tasyakuran Milad ke-50 Tahun di Puri Manggala Bhakti, Kantor Wali Kota Probolinggo, Minggu (27/7) malam. Kegiatan yang mengangkat tema “Meneguhkan Peran Ulama Umara untuk Penguatan Ukhuwah dan Akhlak Bangsa”, yang dihadiri oleh Wali Kota dr. Aminuddin dan Wakil Wali Kota (Wawali) Ina Dwi Lestari, Forkopimda, tokoh agama dan undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Wali Kota Probolinggo menyatakan apresiasinya kepada MUI sebagai mitra strategis pemerintah daerah. Ia menilai komunikasi dan sinergi selama ini berjalan sangat baik, termasuk dalam merespons isu-isu keumatan dan sosial kemasyarakatan.
“Dengan lebih dari 80% penduduk kita beragama Islam, maka peran MUI menjadi sangat vital. Kami sangat terbantu dengan keberadaan MUI dalam menyikapi persoalan-persoalan keagamaan hingga masalah sosial seperti sound horeg, yang ternyata berdampak pada kesehatan dan ketertiban masyarakat,” ujar dr. Aminuddin.
Ia mengungkapkan bahwa Pemkot telah menindaklanjuti fatwa dan tausiyah dari MUI terkait larangan sound horeg, yang di beberapa wilayah bahkan menyebabkan keributan dan kerusakan fasilitas umum. “Alhamdulillah, berkat kerja sama semua pihak, termasuk MUI, fenomena ini kini mulai terkendali di Kota Probolinggo,” tambah Dokter Amin.
Wali kota juga menyampaikan komitmennya untuk terus membangun komunikasi terbuka dan kolaboratif dengan MUI. “Kami butuh peran aktif MUI tidak hanya dalam menyelesaikan persoalan, tapi juga dalam upaya pencegahan. Insyaallah, dengan sinergi yang kuat, kita bisa menjaga harmoni dan membangun Kota Probolinggo yang lebih baik,” pungkasnya.
Senada dengan Wali Kota Dokter Amin, Ketua Umum MUI Kota Probolinggo, KH. Muhammad Sulthon mengingatkan bahwa MUI bukanlah lembaga penegak hukum. Melainkan moral force yang harus bersinergi dengan pemerintah dalam menyuarakan nilai-nilai keagamaan, termasuk dalam isu-isu aktual seperti peredaran narkoba, LGBT, hingga fenomena sound horeg (sound system berdaya tinggi) yang meresahkan masyarakat.
Kiai Sulthon menegaskan pentingnya menjaga akidah umat, khususnya dalam konteks Indonesia yang majemuk. Ia menyoroti perlunya menguatkan paham keislaman yang moderat atau wasathiyah, guna menjaga harmoni antarumat beragama.
Peringatan milad kali ini terasa sangat istimewa karena menandai setengah abad perjalanan MUI. “Ini adalah usia emas. Selama 50 tahun, MUI telah berperan sebagai respons atas perkembangan umat dan dinamika masyarakat. Visi MUI sebagai khatimul ummah (pelayan umat) dan sodiqul hukkam (mitra pemerintah) semakin relevan untuk memperkuat ukhuwah dan akhlak bangsa,” Ketua MUI.
Acara tasyakuran ini pun berlangsung khidmat, terlebih dengan hadirnya Ketua MUI Provinsi Jawa Timur KH Ahsanul Haq, yang sekaligus juga didapuk memberikan tausiyah. Acara yang dirangkai sejak sore itu juga diwarnai pemberian santunan anak yatim, pemotongan tumpeng dan peluncuran Mualaf Center MUI dan Baznas Kota Probolinggo ditandai dengan penabuhan rebana.
Tak hanya itu, giat ini juga diisi dengan doa bersama, serta refleksi peran dan kontribusi MUI selama 50 tahun terakhir. Diharapkan, peringatan milad emas ini menjadi momentum memperkuat sinergi antara ulama dan umara dalam membangun bangsa yang berakhlak, rukun, dan sejahtera. (*)