Memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia 2024, Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI melakukan pengamatan flora dan fauna di Kawasan Tebet Eco Park Jakarta Selatan (15 Mei 2024). Selain di Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta, kegiatan yang rutin di adakan setiap tahun ini, juga diadakan di kota lain seperti Bandar Lampung, dan Pontianak. Selain melakukan pendataan keanekaragaman hayati, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda yang tinggal di kawasan perkotaan
Jakarta-Memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia 2024,
Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI melakukan pengamatan flora dan fauna di
Kawasan Tebet Eco Park Jakarta Selatan (15 Mei 2024). Selain di Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di DKI Jakarta, kegiatan yang rutin di adakan setiap tahun ini,
juga diadakan di kota lain seperti Bandar Lampung, dan Pontianak. Selain
melakukan pendataan keanekaragaman hayati, kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda yang tinggal di
kawasan perkotaan.
“Selain di habitat alami dan kawasan konservasi, Yayasan KEHATI melalui
gerakan Biodiversity Warriors juga aktif melakukan kampanye program pelestarian
keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan. Kegiatan ini melibatkan banyak
elemen terkait mulai dari kampus, komunitas muda, lembaga penelitian, LSM
lingkungan, begitu juga kementerian dan pemerintah daerah,” ujar Direktur
Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini.
Pada pengamatan kali ini, lokasi Tebet Eco Park dipilih karena
berdasarkan data Profil Keanekaragaman Hayati Provinsi DKI Jakarta 2023, lokasi
tersebut memiliki jumlah jenis burung terbanyak, bersama Hutan Kota Monas,
yaitu sebanyak 25 jenis burung. Pendataan jenis burung sangat penting karena
menggambarkan kondisi habitat, vegetasi, lingkungan, dan aktivitas manusia,
“Melindungi keanekaragaman hayati di wilayah perkotaan sangat penting.
Selain menjaga ekosistem perkotaan, jasa lingkungan yang diberikan dapat
memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat. Tentunya ini adalah
tantangan yang tidak mudah karena dilakukan di area yang lebih kecil dengan
jumlah penduduk yang jauh lebih padat dengan segala aktivitasnya yang lebih
kompleks,” jelas Rika.
Keanekaragaman hayati dapat membentuk membentuk kota yang berkelanjutan
dan adaptif terhadap perubahan iklim. Pohon-pohon dan vegetasi di kota membantu
mengurangi efek panas perkotaan (urban heat island effect), yang dapat
mengurangi suhu udara dan energi yang diperlukan untuk pendinginan. Selain itu,
beragam jenis tanaman yang tumbuh dapat meningkatkan ketahanan ekosistem
terhadap perubahan suhu yang ekstrim.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk yang tinggal di
wilayah perkotaan pada tahun 2020 telah mencapai 57,3 persen dari jumlah
populasi yang ada. BPS memperkirakan jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan
akan mencapai 66,6 persen pada tahun 2035 mendatang.
Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia tahun ini mengusung tema “Be Part of
the Plan” atau “Menjadi Bagian dari Rencana.” Tema yang mengajak seluruh pihak
beraksi untuk mendukung implementasi kerangka kerja global untuk mengurangi
laju hilangnya keanekaragaman hayati. Konvensi PBB atau yang dikenal sebagai Kunming-Montreal
Global Biodiversity Framework (GBF).
“Kedepannya, kami berharap semakin banyak generasi muda yang peduli dan
terlibat dalam aksi nyata pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia,
khususnya di daerah perkotaan,” tutup Rika.