Pamekasan, BULETIN.CO.ID – Tahun 2023, anak-anak nusantara tengah diguncangkan dengan hadirnya permainan konservatif yang pernah populer pada tahun 1960 hingga 1970-an yaitu lato-lato.
Sebagaiamana kita ketahui bersama, saat ini permainan tersebut tidak hanya populer dikalangan anak-anak, bahkan hingga pejabat dan Presiden Republik Indonesia pernah memainkan lato-lato.
Menurut beberapa refrensi, permainan tersebut melatih ketepatan yakni bagaimana seorang anak bisa memperkirakan bola ini bisa bertemu, konsentrasi dan keseimbangan.
Namun ditengah kepopuleran lato-lato menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat. Karena dengan bermain lato-lato anak bisa lupa waktu dan tempat bahkan bisa membuatnya abai dengan kewajibannya.
Psikolog Klinis terkemuka di Pamekasan, Meiri Dias Tuti memaparkan, pada dasarnya permainan lato-lato tersebut mempunyai dampak positif terhadap daya kembang anak yaitu bisa membantu stimulasi motorik halus anak.
Namun, jika permainan tersebut digunakan dalam jangka waktu yang berkepanjangan kata Meiri, maka akan lebih besar dampak negatifnya.
“sebenarnya lato-lato itu kan hanya mainan yang bisa membantu menstimulasi motorik halus anak, akan tetapi jika penggunaannya berkepanjangan dan tidak sesuai dengan tempatnya, jadinya dampak negatifnya lebih banyak dan bisa membahayakan lingkungan disekitarnya,” papar mantan dosen Prodi BKPI IAIN Madura tersebut kepada buletin.co.id Senin (17/01/2023).
Selain itu, Meiri juga menyarankan kepada para orang tua supaya bisa mengawasi, mengatur waktu, tempat untuk anak dalam bermain lato-lato. Karena suara lato-lato bisa juga menganggu orang lain, serta bisa membahayakan dirinya dan orang lain disekitarnya jika bola lato-lato lepas.
“Jadi boleh digunakan dalam waktu yg tidak terlalu lama, tetapi juga perhatikan situasi dan kondisinya. Kemudian tidak membiarkan anak selalu membawa lato-lato kemana-mana, terutama kesekolah, atau sedang berkendara di sepeda motor, yang bisa berpeluang mambawa dampak negativ terhadap orang lain,” katanya.
Maka dari itu, Meiri lebih menyarankan agar anak bisa diberikan mainan yang lebih aman serta memvariasikan jenis mainan. Terutama permainan yang bisa membuat anak bisa bergerak lebih bebas atau permaianan yang lebih menggunakan motorik kasar, serta tidak berdampak negativ.
“Masih banyak jenis mainan lain yang bisa membuat anak bergerak tubuhnya secara lebih bebas, lebih leluasa, serta permainan yang lebih menggunakan motorik kasar ya, seperti lompat tali atau permainan tradisional lainnya yang tidak berdampak negativ seperti itu,” sarannya melanjutkan.
“Diperhatikan juga penggunaannya, durasinya sehingga tidak membuat anak mengabaikan atau membuat anak tidak mengerjakan tugas dan peran yang seharusnya mereka lakukan. misalnya belajar atau mengerjakan tugas-tugas yang lain. Karena jika anak sudah bermain tanpa mengenal waktu maka anak sudah kecanduan, sehingga abai dengan tugas-tugas yang lain,” tutupnya. (WF)