Rembang, BULETIN.CO.ID – Untuk menjadi juru kunci Situs makam, M. Nurul Anwar yang lebih familiar dengan sebutan Mbah Jambul, warga Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah itu didapuk sebagai juru kunci makam Pangeran Santiyoga atay Kyai Ageng Gada dan Ki Ageng Kiringan.
Lelaki paruh baya berusia 59 tahun itu selalu berada di komplek situs makam yang berada di Dukuh Kiringan, Desa Punjulharjo, Rembang, saat ditemui wartawan Buletin.co.id, Jumat (30/05/2025).
Lingkungan sekitar lebih fasih menamakan makam dengan sebutan makam Pangeran Santiyoga atau Ki Ageng Gada. Keberadaan situs makam bahkan tidak identik dengan kesan seram. Jarak rumah-rumah penduduk berdekatan dengan makam. Ada rumah yang berbatas tembok saja dan dekat dengan jalan besar.
Mbah Jambul sebagai pemegang kunci situs makam selalu siap apabila ada tamu atau para musafir pemerhati sejarah yang sewaktu-waktu datang ziarah.
Mereka memiliki keterikatan yang sangat tinggi dengan leluhurnya. Ketika sampai di makam bisa menghabiskan waktu relatif lama untuk berdo’a.
“Jadi juru kunci tanggung jawabnya besar. Merasa terbebani, tidak. Dikatakan ada kebanggaan, bisa juga karena telah dipercaya. Sehingga, harus semaksimal mungkin menjaga amanah Pangeran Santiyoga,” papar warga RT 01 RW 04 itu.
Namun demikian, Mbah Jambul menuturkan lebih nyaman disebut sebagai pengurus makam Pangeran Santiyoga dan Penambahan Ki Ageng Kiringan ketimbang juru kunci. Tapi, apapun namanya yang penting bertanggung jawab.
Selain sebagai pemegang kunci situs makam, Mbah Jambul bertanggung jawab merawat dengan membersihkan komplek makam. Misalnya menyapu, mengepel, membersihkan rumput dan lainnya.
Berdasarkan informasi, Pangeran Santiyoga waktu itu dikenal sebagai seorang Dhang Puhawang (ahli pelayaran) kapal kapal di Lasem. serta menjadi tokoh yang mengepalai para jawara Pathol dari Gada hingga Sarang untuk menyeleksi menjadi taruna pasukan militer salah satunya melalui metode Gulat Pathol, siapa yang menang akan bisa masuk dinas kemiliteran di Lasem.
Pangeran Santiyoga lahir pada tahun 1462 Masehi, putra ke 7 dari 10 bersaudara, putra dari mPU Santi Badra atau Tumenggung Wilwatikta atau Adipati Tuban dan Dewi Sukati. Kemudian pangeran Santiyoga diperkirakan wafat pada tahun 1539Masehi dimakamkan di Dukuh Kiringan, Desa Punjulharjo, Rembang. (Read One)