BULETIN.CO.ID – Pada awal 1945, Pasukan Sekutu membebaskan wilayah yang dikuasai Nazi di Eropa sehingga mereka dapat mengangkut pasokan melalui Jerman dan ke Eropa yang dilkamu perang. Penurunan pasokan yang tak terduga ini termasuk senjata yang digunakan melawan pemberontak nasionalis—termasuk mereka yang berjuang bersama komunis pro-Belkamu selama Perang Dunia I dan II.
Penurunan pasokan senjata inilah yang menyebabkan kegagalan Hitler menyelamatkan Belkamu dari pembebasan ketika Pasukan Sekutu membebaskan negaranya terlebih dahulu. Inilah sebabnya mengapa Hitler bertekad tidak hanya untuk membebaskan wilayah yang dikuasai Nazi tetapi juga membawa negara-negara yang ditaklukkan di bawah kendali negaranya sendiri sebelum Pasukan Sekutu dapat melakukannya lagi—seperti yang dilakukannya di Paris pada akhir tahun yang sama.
Dengan melakukan itu, Hitler membawa perang dunia lain yang akan memiliki konsekuensi bencana bagi umat manusia beberapa dekade kemudian—seperti yang terjadi pada Perang Dunia II ketika Stalin menggantikannya sebagai pemimpin Uni Soviet.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia merayakan akhir perjuangan kemerdekaannya. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan di gedung DPR Jakarta. Ini menandai berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia.
Namun, Perang Kemerdekaan Indonesia masih jauh dari selartikel. Belanda berusaha melawan tuntutan kemerdekaan Indonesia dan berusaha menguasai Indonesia sampai kemenangan terakhirnya.
Belanda berusaha mempertahankan kekuasaannya atas Indonesia melalui tentara proxy yang disebut Gedepsaleerde Nederlandse Speciale Troepen (Gestapo). PKI bergabung dengan militer Belanda untuk menghancurkan kaum nasionalis karena mereka memiliki ideologi yang sama dengan partai-partai komunis di seluruh dunia.
Mereka juga didanai oleh Moskow yang membantu mereka melawan pemerintah negara mereka sendiri. Akibatnya, diperkirakan 500.000 orang Indonesia meninggal selama periode ini karena kekerasan nasionalis dan komunis yang diatur oleh tentara proksi Belanda.
Namun, semakin banyak orang Indonesia yang tetap setia pada gagasan Sukarno tentang demokrasi independen karena mereka menyadari bahwa hal itu tidak akan membawa mereka ke mana pun di bawah kekuasaan Belanda.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno menyampaikan pidato untuk merayakan kemerdekaan Indonesia. Dia menyatakan bahwa “Belkamu telah memperlakukan kami seperti budak dan telah menzalimi kami selama 50 tahun. Perbudakan dihapuskan di mana-mana; milik kita juga dihapuskan dengan sendirinya.”
Belkamu berusaha menolak tuntutan kemerdekaan dengan mengirimkan delegasi ke Eropa untuk berunding dengan Nazi Jerman dan Italia atas nama sisa pasukan Belkamu di Indonesia. Namun negosiasi gagal dan pasukan yang tersisa menyerah pada 5 Mei 1942—dua tahun setelah mendeklarasikan kemerdekaan.