Pamekasan, BULETIN.CO.ID – Kebanyakan pentol yang sering kita temui identik dengan daging sapi atau ayam. Namun pentol yang satu ini berbeda, tidak berbahan dasar daging sapi atau ayam melainkan dari ikan tongkol atau bahasa maduranya dikenal dengan sebutan juko’ cakalan.
Selain bahan dasarnya yang bukan dari daging sapi seperti pentol pada umumnya, pentol ini juga mempunyai nama yang unik yaitu pentol Ghepek dan proses pembuatannya pun dikatakan berbeda.
Sedangkan proses pembuatannya pun dibilang unik dan berbeda yaitu setelah dikukus, pentol yang dibalut tahu itu kemudian di press hingga gepeng.
Untuk penyajiannya, pentol Ghepek ini disajikan dengan sambal yang super pedas dan sedikit manis.
Berry owner kedai pentol Ghepek menceritakan, pentol itu merupakan makanan khas daerah pantura Kabupaten Pamekasan, tepatnya di Pasean.
Sebelum mempunyai kedai di Pamekasan kota, Berry mengaku hanya iseng memanfaatkan kemudahan berkomunikasi di era digital yaitu dengan membuka jasa titip melalui Whatsapp.
Dia membuka jasa titip (jastip) makanan kepada teman-temannya yang ada di wilayah Pamekasan Kota dengan hanya mengambil onkos kirim 3 ribu rupiah saja.
Dirasa sangat cocok dengan lidah orang Pamekasan Kota, beberapa dari pelanggannya meminta bagaimana cara menikmati makanan khas pantura itu selagi masih hangat.
“Awalnya saya hanya buka jastip dan hanya coba-coba, namun ada salah satu pelanggan saya yang ingin merasakan pentol ini (red) saat masih hangat, nah disitulah saya mulai berfikir,” ujar Berry. Senin (05/06/2023).
Saat ini, pemuda alumni pesantren itu sudah berhasil memenuhi permintaan pelanggannya yaitu dengan membuka kedai di area Pamekasan kota, tepatnya di Jalan Raya Temenggungan, Kelurahan Parteker, Kecamatan Pamekasan Kota.
Pria berusia 25 tahun itu juga menuturkan, produk olahannya pernah mendapat order atau pesanan ke luar pulau, bahkan hingga ke negeri Jiran atau negara tetangga yaitu Malaysia.
“Pernah kirim (red) ke Samarinda, Kalimantan Timur, Semarang, Jawa Tengah, Banten, Jakarta. Pernah juga ke Malaysia mas, tapi ke perantau asal Madura juga,” Imbuhnya.
Masalah harga kata pemuda asal Desa Pakong itu, sangat terjangkau dan bervariasi. Mulai dari 8 rb, 10rb, 12rb, 15rb, 20rb, hingga 25rb.
Meski dibilang masih dini membuka kedainya, Berry meraup keuntungan kotor hingga belasan juta rupiah perbulan.
“Omset kotor perbulan sekitar 18 juta mas dan saya menjalankan bisnis ini hanya dengan tunangan saya,” Tutupnya.
Hingga kini Berry terus berusaha mempromosikan hasil karyanya melalui media sosial Instagram, tiktok dan aplikasi shoope dan tokopedia.(WN)