Sumba Barat Daya, BULETIN.CO.ID – Ketua Yayasan tunas Dr.Soleman Lende Dappa.S.Hut. M.Th.M.Pdk kepedulian dan kasih sayang bapak ketua Yayasan Tunas Timur peduli menyalurkan bantuan kepada korban bencana kebakaran pada situs parona adat Wainyapu dengan alamat desa Wainyapu, Kecamatan Kodi Balaghar, Kabupaten Sumba Barat Daya ini juga merupakan agenda yayasan dan merupakan rasa prihatinin. Senin (26/9/2022)
Pdt. Dr Soleman Lende Dappa.S.Hut. M.Th. M.Pdk, menyampaikan. “Walaupun hanya sebeberapa yang kami berikan, akan tetapi rasa persaudaraan sehingga saya baru sampai untuk melihat saudara-saudari di situs parona adat wainyapu ini”, tutur ketua umum Yayasan Tunas Timur
Beberapa hari yang lalu situs adat wainyapu ini terbakar dan tidak diketahui penyebab akibatnya dalam wawancara dengan media ini tokoh adat dan warga mengatakan api berasal dari Rumah Katupat (Umma Kahubu) dari Parona Waihomba setelah itu merambat ke beberapa rumah adat yang Lainnya,Hal yang sangat sakral bahwa kebakaran ini merupakan hal yang sangat menyedihkan karena kesalahan apa dan tangan jahil apa ? sehingga situs parona adat ini dibakar oleh oknum tertentu atau pun karena kelalaian kurang tahu maklum kita kembalikan pada Tuhan yang esa yang lebih mengetahuinya .
Apalagi jaman seperti sekarang ini bahan Bangunan untuk membuat rumah adat saja mencapai ratusan juta hingga Meliayar rupiah yang dimulai dari Harga Alang, Tali Hutan, Bambu dan tiang-tiangnya yang sulit di jangkau membuat banyak kecewa dan menangis ketika melihat rumah adat mereka terbakar. Namun mereka hanya pasra kepada Tuhanlah kita kembalikan semua problem yang dihadapi bersama.
“Mudah-mudahan dengan harapan keharibaan warga wainyapu mendapatkan perhatian khusus sehingga membantu pembangunan rumah adat tersebut melalui pendataan rumah yang terbakar itulah harapan Warga adat situs parona wainyapu .
Parona adat wainyapu ini yang memiliki usia yang sudah berabad-abad tahun lalu bercerita tentang situs adat wainyapu memiliki dua belas suku marga keturunan parona adat wainyapu yang terdiri dari Waijolo, Waigalli, Waikatarri, Waihomba, Kaha katoda, Kaha Malaghu, Baroro, Kaha Deta serta memiliki ketua adat atau rato pertama yang mendirikan parona diantaranya Rato Umbu Dokko, Rato Loghe, Rato Yingo, Rato Wonda, Rato Roko, Rato Hanggar, Manakoho, Dan lainnya dari 12 suku di gabung jadi satu bahasa adatnya yakni Ana mbali wainyapu Ana cungga Lero rungga ana Kendu kahi buru tutung Ana Krubba lero ura ana kahidja walla galli monno Ana Tari cokko loghe roro, Padda Ambu Dokko,padda Ambu Lete padda Ambu Warat, padda Ambu dadi, padda ambu Lor ,pote Ghuka kalehu Ana Kinje ghuka maniki itulah bahasa adat tahliyo yang mengandung doa dan memiliki arti perjalanan hidup beberapa Rato dalam memimpin parona wainyapu dan membangunan sebagai pemukiman pertama kali, sehingga tempat bertahta atau babat alas disitus adat parona Wainyapu
Dalam acara penyambutan hangat oleh tuan parona adat Kepsek SMK Manuthoghi Petrus Poka Wungo. S.Pd mewakali tokoh adat dan tokoh warga adat bersama Kepsek SMA Wailangira Petrus Wungo.S.Pd, Kepsek SMP Manuthoghi Petrus Lenggo Kendu.S.Pd, Kepsek SMA Rada Pamba Marselinus Lota Duhu.S.Pd Dan lainnya, memberikan sambutan bahwa dengan datang salah satu tokoh pendidikan dan tokoh politik serta tokoh agama kami sebagai tuan parona adat bersama keluarga wainyapu mengucapkan terima kasih banyak atas perhatian dan prihatinan bapak Soleman Lende Dappa untuk menyengguk kami di parona wainyapu ini.
“Mudah-mudahan bermanfaat bagi kami serta menjadi amal ibadah dari bapak ketua yayasan Tutim serta semua yang ikut andil baik Pemda, ormas lain serta kami juga membuka peluang bagi yang memiliki seperti sembako, pakaian, dan perabot rumah tangga kami siap menerima lewat ketua panitia dan pemdes desa wainyapu, jika ada kata dan sambutan kami yang kurang berkenan bapak ibu kami mohon maaf”, tutur Kepsek SMK Manuthoghi. (Red Gus Mone AL Mughni)