Kota Probolinggo, BULETIN.CO.ID – Melihat lebih dekat ritual selamatan Desa Krejengan Kecamatan Krejengan yang dibalut beragam kekayaan tradisi leluhurnya, seakan membawa kita menjelajah waktu kembali jauh ke zaman lampau di kehidupan leluhur kita.
Bagaimana tidak, pemandangan gunungan sedekah bumi yang di arak masyarakat desa bersama peti jodang wadah sesajen dan pusaka desa dengan diikuti para tokoh desa yang menaiki kereta delman dan bendi benar-benar memberikan vibes kuno yang sangat kental.
Belum lagi ditambah alunan khas kotekan ronjengan (lesung padi) yang ditabuh oleh ibu-ibu desa sembari menunggu kehadiran arak-arakan gunungan dan jodang melengkapi kekayaan tradisi leluhur yang dimiliki Desa Krejengan.
Gelaran selamatan desa bernuansa seperti ini tentu sangat jarang terlihat, khususnya di wilayah Kabupaten Probolinggo yang notabene budaya dan tradisi selamatan desa masih tetap lestari sampai saat ini.
Kepala Desa Krejengan Nurul Huda mengemukakan, sejauh yang dia ingat tradisi kirab jodang dan gunungan di desanya memang sudah ada sejak dia masih anak-anak. Meskipun tidak semeriah saat ini namun tradisi ini telah terlaksana secara turun temurun pada puncak selamatan desa.
“Tujuan selamatan desa ini untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT kepada warga Desa Krejengan. Ini adalah bentuk syukur atas semua kenikmatan yang ada di Desa Krejengan seperti hasil panen, kesehatan dan rasa aman yang mana semua itu patut kita syukuri melalui kegiatan selamatan desa yang diadakan setiap tahun di desa kita,” terangnya saat memberikan sambutannya di puncak kegiatan selamatan, Minggu (7/7/2024) di Balai Desa Krejengan.
Makna selanjutnya yang tak kalah penting menurut Huda adalah bagaimana kita sebagai generasi penerus agar senantiasa menghargai perjuangan para leluhur dengan cara mendoakan serta merawat tradisi luhur yang telah mereka wariskan ini.
Oleh karena itu sebagai pemangku Pemerintah Desa Krejengan, kegiatan selamatan Desa Krejengan ini secara resmi telah menjadi agenda rutin setiap tanggal 1 Muharram berdasarkan Perdes Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengangkatan Seni dan Budaya Lokal di Desa Krejengan yang mengacu kepada kewenangan asal usul budaya lokal desa.
“Alhamdulillah selamatan desa tahun ini berlangsung meriah dengan antusias dan partisipasi warga luar biasa. Semua lingkungan RT turut andil dengan gunungannya masing-masing. Semoga kedepan masyarakat Desa Krejengan dan sekitarnya tetap dalam limpahan keberkahan ,sejahtera, aman, tentram dan tetap dalam lindungan dan ridlo Alla SWT,” harapnya.
Sementara Camat Krejengan Bambang Heriwahyudi juga turut mengapresiasi selamatan Desa Krejengan yang bertepatan dengan peringatan 1 Muharram tersebut. Dirinya menilai kemeriahan ini adalah wujud sinergi pemerintah desa dan masyarakatnya.
Selanjutnya Yudi juga meyakini, melalui selamatan desa yang rutin dilaksanakan ini tentu akan membawa keberkahan tersendiri bagi Desa Krejengan. Karena di momen tersebut masyarakat sama-sama berkumpul, bersilaturahmi dan berdoa bersama agar desanya menjadi lebih baik di masa mendatang.
“Semoga Desa Krejengan semakin maju dan sejahtera dan generasi-generasi selanjutnya dimampukan untuk terus mempertahankan kegiatan yang sifatnya kearifan lokal dan guyubnya masyarakat Desa Krejengan,” katanya.
Selanjutnya, rangkaian terakhir dari ritual selamatan Desa Krejengan ini adalah grebek gunungan. Grebek yang maksudnya adalah rebutan semua isi gunungan oleh seluruh masyarakat yang hadir adalah momen yang paling ditunggu-tunggu. Karena dipercaya semua hasil bumi dan hasil niaga yang sudah dibacakan doa keselamatan, memiliki berkah yang dahsyat.
Tepat selepas pembacaan doa bersama, dzikir dan sholawat nabi Muhammad SAW, tanpa komando lagi seluruh masyarakat Desa Krejengan baik anak-anak, orang tua dan muda saling berjibaku, berebut hasil bumi yang telah menjadi incarannya sejak awal. Dan hanya dalam hitungan detik, gunungan-gunungan berupa hasil bumi dan hasil niaga tersebut pun ludes digerebek warga.
Yang menarik, meskipun terlihat saling dorong dan saling berebut, tak terlihat sedikitpun raut dan wajah emosi warga masyarakat. Semuanya nampak riang bergembira meskipun banyak yang gagal meraih incarannya, namun mereka tetap bersuka cita dengan hasil yang didapatnya.
Seperti yang dialami oleh Khoidul Harrin, warga Dusun Krajan yang gagal meraih puncak gunungan berupa rangkaian buah nanas dan beberapa hasil bumi lainnya, tetap merasa senang meski hanya bisa meraih buah melon, sayur kacang panjang dan untaian buah cabe merah.
“Alhamdulillah, tetap saya syukuri yang penting ada yang bisa dibawa pulang ke rumah untuk dinikmati bersama keluarga tercinta,” tandasnya.(“)
Pewarta : Sudarsono.