Bondowoso, BULETIN.CO.ID – Pengurus Dewan Pendidikan Kabupaten Bondowoso, Daris Wibisono Setiawan, hari ini, Selasa (02/07) meraih gelar doktor kebijakan publik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univrsitas Jember. Ia menuntaskan studi doktoralnya hanya jangka waktu 2 tahun 10 bulan dengan predikat sangat memuaskan.
Kepala SMAN 1 Sumber Kabupaten Probolinggo ini menulis disertasi yang berjudul Model Inovasi Tata Kelola Sekolah Gratis (Studi Di Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama Tenggarang Kabupaten Bondowoso).
Dalam penelitian disertasinya, kepala sekolah menginspirasi nasional Kemdikbud 2019 ini menyatakan bahwa Model inovasi tata kelola sekolah gratis terlahir dari kepemimpinan transformasional yang dilandasi kekuatan doktrin dengan mengedepankan prinsip transparansi, keterbukaan, dan komitmen internal.
Latar belakang penelitian ini adalah bayang-bayang komersialisai pendidikan yang yang semakin tidak terkendali dan akan berkontribusi langsung pada menjamurnya kemiskinan tegas Daris semangat.
Bendahara Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Jawa Timur ini menambahkan bahwa komersialisasi pendidikan akan membuat mata rantai kemiskinan semakin sulit terurai, padahal negara telah hadir melalui BOS dan program TisTas (red: Gratis Berkualitas) dari Pemerintah Provinsi Jatim melalui skema Biaya Penunjang Operasional Operasional Penyelenggaraan Pendidikan (BPOPP).
Payung kebijakan sekolah gratis memang baru ada untuk jenjang SD dan SMP, namun tidak ada salahnya juga jika kepala sekolah membuat kebijakan secara bottom-up menyelenggarakan sekolah gratis berbasis kearifan lokal masyarakat tandasnya.
Wakil ketua LP Maarif NU Bondowoso ini dengan penuh semangat mengajak semua pihak khususnya pemangku kebijakan meskipun pada level paling bawah untuk bisa membuat inovasi sekolah gratis agar semakin banyak tumbuh suburnya generasi emas masa depan Bangsa Indonesia dan sempat terhenti karena keterbatasannya.
“Yakinlah kuncinya adalah tekad keberanian untuk berubah dan bermanfaat bagi banyak orang, saya kritik teori hirarki kebijakan Broemley bahwasannya sekolah sebagai level paling bawah tetap bisa menjadi perumus kebijakan sekolah gratis dengan melakukan siasat pemanfaatan dana BOS dan BPOPP dengan prinsip efektif efisen imbuh Daris.
Lebih lanjut, ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kabupaten Bondowoso ini menambahkan bahwa model inovasi yang ditemukan pada disertasinya diberi nama SI RETA yang merupakan kepanjangan dari Sistem Inovasi Rekening Tandon.
“Prinsip transparansi, keterbukaan, dan komitmen internal dalam pemanfaatan dan pelaporan dana wajib dilakukan sesuai juknis, akan tetapi yang jauh lebih penting adalah optimalisasi rekening tandon untuk mendukung pelaksanaan sekolah gratis tegas Daris.
Menariknya, hasil penelitian disertasinya yang membuat tim promotor dan tim penguji kagum tersebut telah dilakukan praktik baik pada sekolah negeri yang dipimpinnya yakni SMAN 1 Sumber Kabupaten Probolinggo.
Alhamdulilah tadi dapat apresiasi dari tim penguji terkait praktik baik yang saya lakukan berdasarkan hasil penelitian, yakni di SMAN 1 Sumber yang juga menyelenggarakan sekolah gratis sampai lulus, gratis 4 stell seragam dan gratis asrama ujar Daris bangga.
Disinggung tentang julukan barunya sebagai Doktor sekolah gratis, Wakil Ketua Gerakan Nasional Anti Narboba (GANAS ANNAR) Bondowoso tidak menyalahkan akan tetapi mencoba untuk sedikit membenarkan.
Yang lebih tepat itu Doktor kebijakan publik lebih khusus terkait tata kelola penyelenggaraan sekolah gratis terang Daris penuh semangat.(Ark)